Friday, October 24, 2008

Keikhlasan dan Kepedulian dalam Dakwah : Tokoh Dakwah, Mohamad Natsir


Salam,

Semoga bermanfaat.

Ihsan dari laman http://insistnet.com

Keikhlasan dan Kepedulian dalam Dakwah

Ditulis Oleh Adian Husaini

Masih dalam rangkaian peringatan seabad Mohammad Natsir, pada 21 Agustus 2008 lalu diselenggarakan seminar tentang pemikiran Mohammad Natsir di Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin. Saya diminta menyampaikan makalah tentang Peran Mohammad Natsir dalam Integrasi Ilmu dan Agama. Seminar dibuka oleh Rektor IAIN Antasari, dan dihadiri kalangan sivitas akademika IAIN, khususnya dosen-dosen Fakultas Tarbiyah.


Mohammad Natsir lahir di Minangkabau, Sumatera Barat, 17 Juli 1908. Ia wafat di Jakarta 6 Februari 1993. Pendidikan Islam sejak kecil dengan orang tua dan lingkungannya. Pendidikan formal di HIS Solok, MULO (1923-1927), AMS di Bandung (1930). Ketika di Bandung itulah ia berkenalan dan menjadi murid sekaligus sahabat dari ulama pergerakan Islam, A Hassan. Orang sering mengenal Natsir sebagai tokoh dakwah dan politik. Tetapi, tidak banyak yang mengenal Natsir sebagai seorang tokoh Pendidikan Islam. Padahal, kiprahnya di bidang ini sangat fenomenal.

Sebelum menelaah kiprah Natsir di dunia pendidikan, adalah menarik jika menilik riwayat pendidikan Mohammad Natsir. Tahun 1916-1923 Natsir memasuki HIS (Hollands Inlandsche School ) di Solok. Sore harinya, ia menimba ilmu di Madrasah Diniyah. Tahun 1923-1927, Natsir memasuki jenjang sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang. Lalu, pada 1927-1930, ia memasuki jenjang sekolah lanjutan atas di AMS (Algemene Middelbare School ) di Bandung.

Natsir lahir dari pasangan suami-istri Idris Sutan Saripado dan Khadijah. Dia dibesarkan pada keluarga muslim yang taat. Sejak kecil, dia sudah dibesarkan dalam tradisi keislaman yang kuat. Kemauannya yang kuat dalam mempelajari ilmu-ilmu agama menjadikan Natsir cepat mengusai bahasa Arab dan ilmu-ilmu lain. Dalam waktu singkat, dia pun sudah bisa membaca kitab kuning. Menurut Natsir, sejak kecil memang dia ingin menjadi seorang ”Meester in de Rechten” (Mr.), satu gelar yang dipandang hebat kala itu. Tapi, cita-cita itu ditinggalkannya setelah Natsir terjun langsung dalam perjuangan Islam di Bandung sejak duduk di bangku AMS.

Menilik sejarah hidupnya, Natsir bisa dikatakan sebagai seorang yang haus ilmu. Di AMS Bandung, dia segera mengejar ketertinggalannya dalam penguasaan Bahasa Belanda – bahasa kaum elite terpelajar waktu itu. Bahkan, dia juga mendapatkan angka tinggi untuk pelajaran bahasa Latin yang sulit. Di Kota Kembang ini pun Natsir terus mendalami agama, disamping belajar sungguh-sungguh di sekolah umum. Kegemarannya dalam membaca buku, mendorongnya menjadi anggota perpustakaan dengan bayaran tiga rupiah sebulan. Setiap buku baru yang datang, Natsir selalu mendapat kiriman dari perpustakaan. Ada tiga guru yang mempengaruhi alam pikirannya, yaitu pemimpin Persis A. Hassan, Haji Agus Salim, dan pendiri al-Irsyad Islamiyah Syech Akhmad Syoerkati. Natsir tertarik kepada kesederhanaan A. Hassan, juga kerapian kerja dan kealimannya. Selain itu A. Hassan juga dikenal seorang ahli perusahaan dan ahli debat.

Di Kota Bandung ini pula, Natsir aktif dalam organisasi Jong Islamiten Bond (JIB). Di sini dia sempat berinteraksi dengan para cendekiawan dan aktivis Islam terkemuka seperti Prawoto Mangkusasmito, Haji Agus Salim, dan lain-lain. Natsir juga sempat mengikuti organisasi Partai Syarikat Islam dan Muhammadiyah. Selain dalam bidang keilmuan, Natsir juga mulai terlibat masalah politik.
Sejak duduk di bangku sekolah AMS tersebut, Natsir sudah mulai terlibat dalam polemik tentang pemikiran Islam. Dia sangat peduli dengan pemikiran-pemikiran yang dinilainya merusak ajaran Islam. Polemik Natsir dengan Soekarno tentang Islam dan sekularisme juga menunjukkan bagaimana ketajaman dan kepedulian Natsir tentang dakwah dan pemikiran Islam. Ibarat pisau yang terasah dengan baik, pandangan dan analisis Natsir yang tajam, terlihat dalam berbagai tulisannya yang mengkritik paham sekularisme.

Lulus dari AMS pada tahun 1930 dengan nilai tinggi, Natsir sebenarnya berhak melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum di Batavia, sesuai dengan keinginan orang tuanya, agar ia menjadi Meester in de Rechten, atau kuliah ekonomi di Rotterdam. Terbuka juga peluang Natsir untuk menjadi pegawai negeri dengan gaji tinggi. Namun, Natsir tidak mengambil peluang kuliah dan menjadi pegawai pemerintah tersebut. Dia lebih suka terlibat langsung dalam perjuangan di tengah masyarakat. Pengalamannya dalam perjuangan Islam telah membawanya kepada cakrawala baru. Natsir memimpin Jong Islameten Bond cabang Bandung tahun 1928-1932. Ia sudah biasa menulis dan berceramah dalam bahasa Belanda – bahasa kaum terpelajar saat itu. Ketika duduk di kelas akhir AMS, Natsir sudah menulis kitab Pengajaran Shalat dalam bahasa Belanda dengan judul ”Komt tot het gebed”.

Ajip Rosidi menulis dalam buku biografi Natsir:
”Lalu, dimulainyalah hidup sebagai seorang bebas yang bermaksud membaktikan dirinya buat Islam. Setiap hari dia pergi ke rumah Tuan Hassan di Gang Belakang Pakgade dengan sepeda untuk mengurus penerbitan majalah Pembela Islam dan pada malam hari ditelaahnya Tafsir Al Qur’an dan kitab-kitab lainnya yang dianggap perlu, termasuk yang ditulis dalam bahasa Inggris atau bahasa Eropa lainnya. Dibacanya majalah-majalah tentang Islam dalam berbagai bahasa, seperti Islamic Review dalam bahasa Inggris, Moslemische Revue dalam bahasa Jerman, dan juga majalah al Manar dalam bahasa Arab yang terbit di Kairo. Penguasaannya atas bahasa Arab sebenarnya belum sebaik terhadap bahasa Inggris, Perancis atau Jerman-jangan dikata lagi bahasa Belanda- tetapi Tuan Hassan selalu mendesaknya agar dia membaca kitab-kitab atau majalah-majalah dalam bahasa Arab. Hal-hal yang menarik hati dari majalah yang dibacanya itu, disarikannya untuk dimuat dalam Pembela Islam, dengan demikian dibukanya semacam jendela sehingga para pembacanya dapat mengetahui juga keadaan dan pendapat sesama Muslim di bagian dunia yang lain. Pikiran-pikiran Amir Syakieb Arsalan misalnya mendapat tempat yang luas dalam halaman-halaman Pembela Islam, karyanya yang terkenal menelaah mengapa umat Islam mundur, dimuat bersambung di dalamnya.” (Ajip Rosidi, Natsir Sebuah Biografi, Girimukti Pasaka, 1990, hal. 76)

Pilihan Natsir untuk tidak melanjutkan studi ke universitas-universitas terkemuka sama sekali tidak menyurutkan dan menghentikan langkahnya untuk mengkaji ilmu. Pilihannya untuk menerjuni bidang keilmuan dan pendidikan Islam membuktikan kesungguhannya dalam bidang ini. Inilah sebuah pilihan berani dari seorang pemuda cerdas dan berani seperti Natsir. Ia kemudian memasuki studi Islam di ‘Persatuan Islam’ di bawah asuhan Ustad A. Hassan. Siang hari, bersama A. Hassan, Natsir bekerja menerbitkan majalah ”Pembela Islam”. Malamnya, dia mengaji al-Quran dan membaca kitab-kitab berbahasa Arab dan Inggris. Tahun 1931-1932, Natsir mengambil kursus guru diploma LO (Lager Onderwijs). Maka, tahun 1932-1942 Natsir dipercaya sebagai Direktur Pendidikan Islam (Pendis) Bandung .

Di sekolah Pendidikan Islam inilah, para siswa digembleng ilmu-ilmu agama dan sikap perjuangan. Alumninya kemudian mendirikan sekolah-sekolah sejenis di berbagai daerah. Pilihan Natsir terkadang menghadapkannya pada situasi sulit. Untuk menghidupi sekolah ini, menurut Natsir, kadang dia harus menggadaikan gelang istrinya. Para siswanya juga diajar hidup mandiri agar tidak bergantung kepada pemeritah.

Disamping bergelut dengan persoalan-persoalan nyata dalam dunia pendidikan dan keumatan, Natsir juga terus menerus menggali dan mengembangkan keilmuannya. Ia memang seorang yang haus ilmu dan tidak pernah berhenti belajar. Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Syuhada Bahri, menceritakan pengalamannya selama bertahun-tahun bersama Natsir. Hingga menjelang akhir hayatnya, Natsir selalu mengkaji Tafsir al-Quran. Tiga Kitab Tafsir yang biasa dibacanya, yaitu Tafsir Fii Dzilalil Quran karya Sayyid Quthb, Tafsir Ibn Katsir, dan Tafsir al-Furqan karya A. Hassan.

Kecintaan Natsir di bidang keilmuan dan pendidikan dibuktikannya dengan upayanya untuk mendirikan sejumlah universitas Islam. Setidaknya ada sembilan kampus yang Natsir berperan besar dalam pendiriannya, seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Riau, Universitas Ibn Khaldun Bogor, dan sebagainya. Setelah disisihkan dari dunia politik di masa Orde Baru, Natsir kemudian benar-benar mengoptimalkan peran dakwah dalam masyarakat melalui lembaga dakwah yang didirikannya bersama berbagai tokoh Islam, yakni Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

Natsir merupakan sosok ideal konsep aplikasi integrasi ilmu. Meskipun berpendidikan formal sekolah Belanda, dia menguasai ilmu-ilmu keislaman dengan baik. Sejumlah tulisan dan kiprahnya menunjukkan, bahwa Natsir memegang prinsip integral, tidak dualistik, dalam pendidikan. Natsir tidak menginginkan umat Islam hanya menguasai ilmu-ilmu agama sehingga tertinggal dalam persaingan global. Demikian juga sebaliknya. Dia tidak mau umat Islam hanya mempelajari ilmu-ilmu “umum” dan buta terhadap agamanya yang akan menyebabkan mereka tidak mengetahui misi hidup yang sesungguhnya berdasarkan petunjuk Islam.

Pikirannya itu muncul setelah ia melihat kenyataan di lapangan pada masanya bahwa praktik pendidikan yang dihadapi umat satu sama lain saling menegasikan dan berseberangan. Di satu sisi, pendidikan klasikal a la Belanda yang baru diperkenalkan kepada masyarakat Muslim Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama melalui kebijakan Politik Etis Belanda, sama sekali tidak mengajarkan dan menyentuh aspek-aspek agama. Lebih dari itu, Natsir adalah contoh. Dia adalah guru sejati. Dalam berbagai bidang yang digelutinya, dia menjadi guru bagi banyak orang. Imam Syafii pernah menyatakan, bahwa hanya air yang diam yang akan membusuk. Maka, kisah perjuangan Natsir, memang laksana air yang tak pernah berhenti mengalir.

Tulisan-tulisan Natsir mengandung visi dan misi yang jelas dalam pembelaan terhadap Islam. Dalam buku-buku dan artikel-artikel yang ditulisnya tentang berbagai masalah dalam Islam, kita bisa menemukan semangat dan kepercayaan diri yang tinggi dari seoang Natsir yang sama sekali tidak ’minder’ atau rendah diri menghadapi serbuan paham sekularisme Barat. Prestasinya di sekolah-sekolah Belanda telah menjadikan Natsir seorang yang ’percaya diri’ dan tidak silau dengan kehebatan Barat, yang waktu itu begitu banyak menyihir otak kaum terpelajar dan elite bangsa.

Setidaknya ada dua hikmah yang dapat kita petik dari kisah Natsir dan kiprahnya dalam dunia pendidikan. Pertama, Natsir mempelajari ilmu agama dengan semangat yang tinggi dan niat yang ikhlas. Niat yang lurus dalam mencari ilmu adalah sangat mendasar dan menentukan sikapnya terhadap ilmu agama yang dipelajarinya. Dia belajar agama pada para ulama dan pejuang Islam, bukan kepada penjajah. Dengan posisi seperti itulah, Natsir menjadi orang yang merdeka. Dia tidak silau dengan materi, bahkan rela meninggalkan peluang pekerjaan pada pemerintah penjajah meskipun diiming-imingi gaji yang menggiurkan. Natsir memilih untuk membina umat secara langsung. Dia menawarkan diri untuk mengajar di beberapa sekolah umum yang ketika itu kosong dari pelajaran agama. Natsir mengajar secara sukarela, tidak meminta gaji.

Dalam seminar itu, saya juga mengimbau kepada sivitas akademika IAIN Antasari agar menata niat dalam mencari ilmu, jika ingin menjadikan Natsir sebagai teladan. Kembali saya ingatkan peringatan Imam al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah, jika seseorang mencari ilmu ditujukan untuk kepentingan-kepentingan duniawi, maka dia sudah berjalan untuk menghancurkan agamanya sendiri. Dari Fakultas Tarbiyah, kita berharap lahir guru-guru agama yang cerdas, mukhlis, dan mencintai ilmu pengetahuan; bukan orang-orang yang cinta dunia, haus harta, dan gila jabatan.

Kedua, kita dapat mengambil hikmah dari kisah kepedulian Natsir terhadap masalah umat. Sejak muda, bahkan sejak usia anak-anak, Natsir sudah terlatih memahami masalah umat. Saat duduk di bangku AMS, Natsir sudah aktif menjawab pemikiran yang dinilainya keliru. Itu terjadi ketika seluruh kelasnya diundang oleh guru gambar untuk menghadiri pidato seorang pendeta Kristen bernama Ds. Christoffels, tahun 1929. Pidatonya berjudul ”Quran en Evangelie” dan ”Muhammad als Profeet”. Meskipun disampaikan dengan gaya yang lembut, Natsir melihat pidato si pendeta itu sesungguhnya menyerang Islam secara halus. Esoknya, pidato itu dimuat di surat kabar ”A.I.D.” (Algemeen Indish Dagblad). Natsir kemudian menulis artikel yang menjawab opini sang pendeta, melalui koran yang sama.

Ada cerita menarik dari M. Amin Jamaluddin, ketua LPPI. Pada bulan Oktober 1983, Amin menulis artikel yang mengkritik pemikiran Dr. Harun Nasution. Dalam artikelnya, Amin memaparkan dampak yang sangat serius dari pemikiran Harun Nasution terhadap mahasiswa IAIN. Tanpa diduga, papar Amin, gara-gara artikel itu, dia diundang oleh Pak Natsir. “Sebagai anak daerah, saya sangat bangga dipanggil Pak Natsir,” ujar Amin, pemuda asal NTB, yang ketika itu aktif di Pemuda Persis.

Amin lebih terkejut lagi, ketika Pak Natsir menyampaikan padanya, bahwa Dr. Harun Nasution adalah bagian dari tokoh orientalis internasional dan apa yang dilakukan Amin merupakan pekerjaaan bertaraf internasional. “Saya masih ingat benar ucapan Pak Natsir itu,” kata Amin Jamaluddin kepada saya.

Itulah dua pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Moh. Natsir. Ikhlas dalam mencai ilmu untuk berjuang menegakkan agama Allah dan sangat peduli dengan hal-hal yang merusak umat. [Depok, 5 Ramadhan 1429 H/5 September 2008/
www.hidayatullah.com] Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta 107 FM dan www.hidayatullah.com

Kalimah Allah : Wajarkah Digunakan oleh Penganut Agama Selain Islam?


Salam,

Kes Mahkamah untuk mengisytiharkan penggunaan kalimah Allah tidak ekslusif kepada orang Islam di negara ini yang difailkan oleh pihak Titular Roman Catholic Arcbishop of Kuala Lumpur, sedang memasuki fasa bagi mendengar permohonan beberapa pihak untuk mencelah (atau mudahnya untuk menjadi pihak) dalam guaman tersebut pada 21 November 2008 akan datang.


Antara pihak yang ingin mencelah ialah Majlis-majlis Agama Islam negeri-negeri seperti Terengganu, Johor, Pulau Pinang, Wilayah Persekutuan dan Selangor serta NGO Islam MACMA.
Pihak Majlis Gurdwara Malaysia (Agama Sikh) juga turut berminat mencelah atas asas bahawa dalam manuskrip agama mereka, kalimah 'Allah' juga ada yang digunakan untuk merujuk kepada maksud 'Tuhan Maha Kuasa', 'Maha Esa', 'Maha Pengasih dan Pengampun'. Menurut mereka ia adalah sebahagian dari ajaran versi asal dalam kitab suci Sikh, Sri Guru Granth Sahib Ji.


Apa yang ingin saya fokuskan di sini ialah apakah pendirian kita yang perlu diambil dari hal ini. Sepintas lalu saya berpendapat, kes ini seharusnya dijadikan peluang untuk umat Islam menghujahkan kebenaran Islam dan aqidahnya kepada penganut-penganut agama lain.


Garis hujahannya (line of argument) di Mahkamah untuk membantah permohonan tersebut perlulah dimulai dengan menerangkan konsep tuhan yang diimani oleh umat Islam. Sejarah kemunculan agama-agama utama di dunia juga perlulah dibentangkan. Ini adalah atas asas bahawa sememangnya agama-agama lain pernah menggunakan nama Allah dalam ajaran mereka, ini tak dapat dinafikan kerana agama-agama tersebut berasal dari ajaran Tauhid yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu atau mungkin menerima kesan-kesan ajarannya, yang lama-kelamaan telah hilang keasliannya.


Apa yang sepatutnya menjadi bantahan kita adalah bagaimana konsep 'Allah' itu sendiri digunakan secara tepat dalam kepercayaan agama-agama lain. Ringkasnya, tersalah dalam menggunapakai sesuatu istilah boleh menyebabkan berlakunya salah faham yang mendasar mengenai konsep sebenar sesuatu istilah tersebut. Contohnya seperti salah meletakkan perkataan hadhari di belakang perkataan Islam (Islam Hadhari) boleh menyebabkan salah faham terhadap konsep atau makna Islam itu sendiri.

Insya Allah, moga-moga dengan membawa hujah perbandingan sebegini, golongan bukan Islam akan dapat menilai kebenaran ajaran Islam. Moga-moga ianya menjadi suatu dakwah yang berguna.

Sekadar pandangan.


Monday, August 11, 2008

Mengenai Forum 'Memeluk Islam'

Di kesempatan yang terhad ini, ana ingin memberi sedikit respons. Mungkin pandangan ana ini juga agak berbeza dengan Jumhur ahli-ahli kita dan ana bersedia menerima dan memperbetulkan pandangan ana selepas ini.

Pandangan peribadi ana tidaklah mencacatkan pandangan yang diambil oleh kepimpinan yg telah memutuskan sebaliknya ataupun mengurangkan kepercayaan kepada keputusan yang diambil tersebut (walaupun tak turun demo), tapi ini adalah suatu perkongsian dan muhasabah untuk perbaikan masa hadapan, sekiranya ada.

Ketika membaca akhbar Sinar pada hari Jumaat lalu, ana mulanya agak terkejut mengapa Tuan Guru Hj Hadi meminta supaya Majlis Peguam membatalkan forum tersebut.

Ana akui tidak mengikuti perkembangan yg berlaku berkenaanya sehingga ruangan di akhbar tersebut dibaca oleh ana. Lantas ana menelefon chambering student En Haniff Khatri, (salah seorang peguam senior PEMBELA) dan tanya dia, 'ada kontroversi ke forum ni?' Dia jawab ya dan ramai pihak mendesak En Hanif supaya menarik diri dari menjadi panel. Namun, beliau berpendirian untuk tidak menarik diri atas alasan tertentu barangkali dan sehingga ke hari forum pun beliau hadir sebagai panel.

Selaku yang turut terlibat bersama-sama dengan Encik Haniff dalam beberapa kes-kes Islam, ana tidak meragui penglibatan beliau dan panel-panel Islam dalam forum ini atas dasar mereka menyokong pendirian sekular Bar Council kerana mereka merupakan tokoh-tokoh yang komited dalam memperkasakan kedudukan Mahkamah Syariah di negara ini.

Seterusnya, tujuan ana di sini sebenarnya untuk turut sama menyokong pandangan berbeza dari Peguam Hanipa Maidin. Sebelum itu, ingin ana jelaskan di sini bahawa forum tersebut pada asalnya menjemput panelis-panelis yang mewakli suara Islam antaranya Dr Wan Azhar dari IKIM, Dr Naim Mokhtar (ex-Hakim Mahkamah Syariah) dan En Haniff sendiri, yang mana ana merasakan bahawa mereka sememangnya ikhtisas dalam perundangan Islam dan konflik bidangkuasa Sivil-Syariah. Namun, Dr Naim Mokhtar telah menarik diri dari menjadi panel.

Oleh itu boleh dikatakan bahawa di sudut panel-panel yang dijemput, boleh dikatakan seimbang antara pihak Islam dan bukan Islam. Baki lagi, mungkin penganjuran forum tersebut sendiri tidak boleh lari dari membawa agenda pihak tertentu.

Perbincangan yang berlangsung pula, ana percaya bahawa ianya masih terkawal kerana hanya pihak-pihak yg mempunyai berminat yang tinggi sahaja akan menyertainya kerana ianya berbayar (RM20), maknanya bukanlah forum terbuka tanpa bayaran. Mungkin dalam forum tersebut akan ada suara-suara yang menghentam pentadbiran Islam, tetapi ana percaya takkan panelis Islam yang yang ada nak duduk diam sahaja.?!! Ana yakin tidak.

Secara ringkasnya ana nyatakan seperti berikut:

1. Islam tegak dengan hujah dan juga dakwah. Jadi kenapa perlu halang forum jika Islam diberi ruang yg cukup didalamnya? Forum ini ana lihat berbeza dengan forum kumpulan Article 11 yang membuat road show seluruh malaysia dulu di sudut pengendaliannya.

2. Perlembagaan kita sendiri yg kabur dan menghadkan kuasa-kuasa Islam yangmana lebih dahulu perlu sepatutnya dipinda dan diperkasakan. Banyak masalah dilonggokkan kepada pengamal undang-undang dan Mahkamah untuk menghujah dan menafsir perkara yang sejak dari awal kabur.

Perkara 121(1a) dan beberapa artikel lain sahaja yang ada, tapi kuasa Mahkamah Syariah sendiri dan beberapa akta tertentu masih perlu pindaan untuk memperkasakan Perkara 121 (1a) tersebut. Kenapa ianya tidak diselesaikankan peringkat awal oleh pihak legislatif atau Parlimen? Tahap masuk ke Mahkamah adalah tahap akhir selepas tiada halangan peringkat awal. Dan ini sahlah tanggungjawab kerajaan pimpinan UMNO yang memerintah negara sejak sekian lama.

3. PAS perlu berbeza dan mempelbagaikan pendekatan berbanding dengan UMNO dalam menangani isu ni. Nampaknya isu ini diambil kesempatan oleh UMNO untuk menaikkan imej mereka. Padahal merekalah yang mewariskan masalah ini.

Ana salute pimpinan PAS yang memimpin agenda Islam ke tahap ini walaupun dibenci oleh rakan-rakan dalam DAP atau PKR yg memusuhi Islam. Ini perlu untuk mempertahankan Islam dari serangan liberal. Lihatlah ketegasan pimpinan PAS yang konsisten menolak konsert-konsert tidak bermoral walaupun selepas kemenangan bersama Pakatan Rakyat. Tengok saja The Star hari ini, kenapa tajuknya yang berbunyi " FT PAS Youth slammed" dibawa ke muka depan yang seolah-olah pendirian PAS yang menolak konsert Avril Lavigne tersebut layak dibenci dan dihakimi oleh pembaca akhbar.

Baki lagi biarlah kita yang ambil sikit perbezaan dengan UMNO dalam menanganinya. Maksud ana model atau uslub pendekatan yg lebih berhikmah dan terbuka tapi berpendirian tetap.

Kita tidak mau Islam kita serupa Islam ala-Umno. PAS orang baik, umno orang jahat tahap irreparable ( tak boleh dibaiki lagi). Kalau kita ikut dok berkawan ngan Umno nampaklah pada masyarakat seperti sifir berikut :


PAS + UMNO = ISLAM + JAHAT

Friday, June 06, 2008

" ... wa kalimatulLahi hiyal 'ulya"


Di bawah ini adalah kenyataan akhbar oleh Haji Zainul Rijal bin Abu Bakar, selaku peguamcara mewakili Majlis Agama Wilayah Persekutuan & Majlis Agama & 'Adat Melayu Perak pada 3.6.2008 baru-baru ini semasa sidang media di Kompleks Mahkamah Kuala Lumpur.

Pihak majlis agama dalam kes ini membuat permohonan ke Mahkamah untuk dijadikan pihak (tindakan pencelahan) dalam tindakan guaman yang dibawa oleh pihak Titular Roman Catholic Church of Kuala Lumpur melawan Kerajaan Malaysia melalui Kementerian Keselamatan Dalam Negeri untuk mengisytiharkan antara lain penggunaan nama " Allah" adalah tidak ekslusif kepada umat Islam semata-mata.

Dengan dijadikan pihak dalam dalam guaman ini bermakna pihak Majlis boleh menyokong tindakan KDN sebelum ini yang melarang penerbitan Herald - The Catholic Weekly bagi menggunakan perkataan Allah merujuk kepada God dalam Bible, Baitullah iaitu gereja, Solat iaitu cara sembahyang Kristien.

Insya Allah, khabarnya akan ada lagi pihak-pihak Islam yang akan menyusul sebagai pencelah sedikit masa lagi.


KENYATAAN AKHBAR

OLEH : ZAINUL RIJAL ABU BAKAR
TEMPAT : BILIK AKHBAR, KOMPLEKS MAHKAMAH JALAN DUTA
TARIKH : 03.06.08
TAJUK : PERMOHONAN MENCELAH (INTERVENE) TERHADAP
KES PENGGUNAAN KALIMAH “ALLAH” DI DALAM PENERBITAN ‘HERALD-THE CATHOLIC WEEKLY' DALAM MAHKAMAH TINGGI KUALA LUMPUR
NO R1-25-73-08 DAN R2-22-12-07


1. Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak dan Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan yang masing-masing telah memfailkan permohonan untuk mendapatkan kebenaran-kebenaran untuk mencelah di dalam kes yang difailkan oleh Titular Roman Catholic Church ( “ Gereja tersebut ” ) bagi semakan kehakiman dan deklarasi hak-hak lain sebagaimana berikut :

a) penggunaan kalimah ‘Allah’ dalam penerbitan buletin Gereja tersebut ‘Herald-The Catholic /weekly’;
b) mencabar Garis Panduan yang dikeluarkan oleh Kerajaan Malaysia melalui Akta Media Cetak dan Penerbitan 1984 yang melarang penggunaan kalimah ‘Allah’, dan
c) kalimah ‘Allah’ tidak eksklusif untuk Agama Islam.


2. Akibat daripada keputusan semakan kehakiman / deklarasi hak-hak tersebut ialah :-

(i) Membenarkan Gereja tersebut untuk menggunakan kalimah ‘Allah’ di dalam penerbitan buletin Gereja tersebut ‘Herald-The Catholic Weekly’;
(ii) membenarkanGereja tersebut mandapatkan hak menggunakan kalimah ‘Allah’,
(iii) menyebabkan timbul kekeliruan di dalam beragama yang boleh mengancam keselamatan, keamanan dan keharmonian masyarakat awam dan komuniti Islam.



3. Permohonan mencelah oleh Majlis Agama Islam negeri-negeri adalah wajar untuk mengelakkan sebarang kekeliruan di dalam beragama akibat daripada penggunaan kalimah ‘Allah’, yang mana boleh mengancam keselamatan, keamanan dan keharmonian masyarakat awam serta meyebabkan sensitiviti agama.

4. Majlis Agama Islam negeri-negeri ini adalah bertanggungjawab untuk memastikan perlindungan kepada integriti kalimah ‘Allah’ yang menjadi teras kepercayaan (Tauhid) orang Islam. Konsep Allah ( konsep ketuhanan ) sebagaimana difahami, diamalkan dan dipraktikkan oleh komuniti Islam di Malaysia secara totalnya jauh berbeza dan terpisah daripada apa yang difahami oleh Gereja tersebut sama ada dari segi konsep, budaya mahupun teologi.

5. Justeru, adalah menjadi asas utama bagi kedua-dua Majlis Agama Islam negeri-negeri ini untuk mencelah bila mana hak-hak dan kepentingan-kepentingan orang Islam terjejas.

6. Oleh yang demikian, mencabar integriti kalimah ‘Allah’ telah menggugat kepercayaan Orang Islam dari peringkat akar umbi dan melangkaui maksud permohonan penggunaan kalimah ‘Allah’ yang merujuk kepada istilah “god” (Tuhan) sebagaimana difahami oleh Gereja tersebut.



Zainul Rijal Abu Bakar
Tetuan Zainul Rijal Talha & Amir
Peguamcara bagi
Majlis Agama Islam dan Adat Melayu Perak
Majlis Agama Islam Wilayah Persekutuan

Wednesday, May 28, 2008

Penghakiman Pulau Batu Puteh @ Pedra Branca



Saya tiada komen mengenai penghakiman ICJ baru-baru ini, kerana pada pandangan saya apabila masuk ke gelanggang mahkamah akan ada dua kemungkinan sahaja, samada menang atau kalah.

Cuma apa yang saya terfikir ialah samada di peringkat awal lagi, adakah menyelesaikan konflik antara Malaysia dengan Singapura ini sesuai dibawa ke ICJ.

Sudah tentu kalau kita sekalipun, jalan Mahkamah adalah jalan terakhir selepas rundingan dan cara-cara lain tidak berkesan untuk mempertahankan hak kita.

Saya juga terfikir, apakah 'demanding power' negara kita terlalu lemah semasa berunding dengan Singapura hinggakan perkara ini terpaksa dibawa ke ICJ sebagai jalan penyelesaian terakhir.


Saya berasa ragu tentang apakah keperluan kes ini di bawa ke ICJ. Pada pandangan saya negara kita sepatutnya memanfaatkan banyak kelebihan seperti isu air, tanah dan lain-lain semasa perundingan sebelum membawa konfik ini ke Mahkamah Antarabangsa.

Baca penghakiman penuh di sini:

Saturday, May 17, 2008

Usrah Pakatan Rakyat?

Dalam AGM Pemuda PAS kawasan Serdang lebih kurang sebulan lepas, terdapat satu usul dari perwakilan untuk mewujudkan apa yang dinamakan usrah pakatan rakyat ('PR'). Cadangan tersebut menarik minat saya memandangkan ianya adalah tepat sekali sempena kemenangan PR menguasai 5 negeri dalam PRU yang lalu.


Usrah sememangnya mekanisame bagi ahli-ahli PAS untuk duduk seminggu sekali atau beberapa kali dalam satu bulan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil dengan seorang naqib membacakan teks atau buku-buku karangan ulama' harakah di samping mendengar tafsir atau hadis-hadis dengan huraian bersifat semasa.


Sememangnya menjadi kekuatan PAS sejak sistem usrah diperkenalkan dalam pentarbiyahannya. Ia adalah tempat menyelaraskan pemikiran ahli yang pelbagai, memperbetulkan cara berfikir dan mendapatkan arahan terkini dari pimpinan parti peringkat atas untuk dilaksanakan.

Kadangkala selepas usrah juga terus diadakan mesyuarat ringkas berkenaan apa-apa isu yang difikirkan perlu tanpa banyak unsur formal sebagaimana yang diamalkan di cawangan tempat saya tinggal sekarang.

Usrah adalah medium yang berkesan untuk menyampaikan teguran kepada ahli secara 'halus' dan penuh hikmah tanpa mengguris hati kerana kadang-kala teks yang dibacakan itu sendiri boleh men'tazkirah'kan ahli tanpa menyebut secara langsung.


Mudahnya, kuat suatu cawangan atau kawasan kerana kekuatan usrah.

Namun, bagaimanakah sekiranya usrah PR hendaklah dijalankan? Bagaimana kaedahnya? Apa kitab rujukannya ? Dan wajarkah diguna nama 'usrah' ( walaupun masalah nama ialah perkara kecil)? Ini kerana persepakatan ini diraih secara tak langsung dalam ertikata menolak penguasaan BN dalam negara yang terlalu menindas rakyat sepanjang pemerintahannya serta menembalikan pentadbiran beramanah dalam negara ini. Pakatan ini bagi saya bukanlah pakatan dalam ertikata penyatuan fikrah yang mendasar seperti PAS dengan dasar Islamnya, DAP dengan dasar demoratiknya dan PKR pula dengan ... (dengan apa ya? ).Ya, dengan kevokalannya menentang pemerintah BN.


Kesudahannya usul tersebut ditolak oleh perwakilan kerana tiada mekanisme yang jelas dibentangkan oleh pembawa usul. Mesyuarat juga secara tak langsung telah meletakkan tanggungjawab tersebut kepada pimpinan Pusat untuk memulakannya terlebih dahulu dan menggariskan mekanisme yang boleh dijalankan oleh ahli yang berada di peringkat bawahan memandangkan perkara ini agak mendasar dalam parti. Ahli tidak mahu mendahului pimpinan.


Namun saya optimis dengan usul tersebut dan menyokong jika telah jelas mekanismenya. Hal ini kerana kejayaan usrah telah terbukti dalam mengumpul kekuatan PAS. Apatah lagi ia adalah peluang dakwah kepada golongan bukan Islam dan orang-orang Islam dalam PR kepada memahami Islam yang syumul. Di samping ahli-ahli parti boleh bertaaruf dan berinteraksi dengan dasar perjuangan parti-parti lain dalam PR.

Mungkin juga ceramah-ceramah anjuran parti atau forum-forum sudah cukup untuk mentarbiyah mereka tanpa perlu usrah.
Sekadar cetusan, wassalam.

Saturday, May 10, 2008

Kang Abik & Petua Penulisan Berkesan

Salam,

Berikut adalah petua menulis berguna dari Kang Abik atau al Fadhil Ustaz Habiburrahman El Shirazy, penulis buku-buku Islami Indonesia untuk dikongsikan bersama.

Saya percaya teknik yang sama boleh digunakan dalam penulisan tesis pelajar, blogger, ulamak dan sebagainya untuk memberi kesan tersendiri kepada orang yang membaca.

Selamat membaca!


"Beberapa bulan yang lalu, disaat Kang Abik berkunjung ke Kairo, dalam acara tahunan Mesir, “Book Fair”(pertengahan bulan Januari 2008 yang lalu). Bersama utusan IKAPI, kekeluargaan Jatim, sempat mengadakan sehari belajar menulis dengan beliau.

Diantara point-point yang beliau sampaikan dalam hal bagaimana menjadi penulis yang baik adalah sebagai berikut:

1. Langkah Pertama, Pencelupan.
Artinya, anda harus masuk dalam bahasa Stephen J. Spignesi mencelupkan diri kedalam subjek Anda, hampir pada keseluruhan point. Bagaimana bisa basah, kalau anda tidak masuk kedalam air? Menurut Kang Abik, langkah pertama ini, tidak memerlukan penulisan apapun, selain lebih banyak membaca, juga bertanya pada sumber yang tahu. Orang yang kurang membaca bisa dipastikan, tak akan bisa menulis karya dengan baik. Dari banyak membaca inilah penulisan data penulisan lebih banyak terkumpul.

2. Langkah 2, Catatan-Catatan:
Pada langkah kedua ini, terserah bagaimana cara anda memandu diri anda sendiri untuk mencatat hal-hal yang terpenting dari data-data yang telah anda dapatkan.

3. langkah ke-3, Tinjauan Ulang dan Berfikir:
Ini adalah langkah balik. Anda meninjau ulang bahan-bahan dan catatan-catatan yang telah anda pilih itu. Anda lihat dan fikirkan kembali apa yang telah anda pelajari dan amati.

4. Langkah ke – 4 Daftar Isi :
Pada tahap ini, mulailah mengatur kekacauan. Susun kerja anda. Buat garis besar apa yang akan anda tulis, bahkan jika bias sampai sub-sub yang paling kecil sekalipun. Lihat dengan seksama bagian Pembukaan, Pertengahan, dan akhir.

5. Langkah ke- 5 Bab demi Bab.
Inilah saatnya anda menulis, bab demi bab. Gabungkan tulisan itu sesuai dengan alur yang telah anda susun.Tulis dengan penuh percaya diri, perkaya bahan milik anda, tulis dengan kekuatan jiwa. Tulis dengan emosi.Nikmati setiap perasaan yang mengalir.

6. Langkah ke- 6.
Setelah tulisan anda selesai, jangan langsung puas. Teliti kembali dan tulis ulang dengan perbaikan, revisi dan pengembangan. Bahkan jika perlu pemangkasan pada hal-hal yang dianggap tidak perlu dan mengganggu. Inilah saatnya anda mengedit naskah-naskah anda.
Demikian sekilas dari ringkasan sehari belajar menulis dengan Kang Abik. Dimana keesokan harinya bersama-sama para anggota pengajian Bapak/Ibu-ibu mesjid SIC, beliau menyampaikan betapa bagi seorang ibu RT, justru menulis adalah pekerjaan yang cocok bagi mereka. Karena mereka lebih bisa banyak membaca dirumah, banyak menulis.
Demikianlah sosok Kang abik yang cukup sederhana, walaupun uang tingkatan M dikantonginya hasil dari royalty penjualan novel tersebut, tetap saja kelihatan sederhana dan ramah, serta santun.

Catatan : Apakah yang melatar belakangi penulisan AAC bagi kang Abik?

Menurut penuturan beliau, novel AAC lahir, setelah beliau mengalami kecelakaan fatal pada kaki beliau(patah tulang), sehingga sangat tipis antara kematian dan kehidupan. Disanalah beliau menyadari, belum ada berbuat apa-apa sama sekali untuk dakwah, menolong agama Allah, untuk Islam. Akhirnya dengan segala tenaga , pikiran yang masih tersisa, beliau memulai penulisan tersebut. Dan beliau tidak menyangka sama sekali, kalau novel ini akan menjadi “The best seller”. “Wallahi (Demi Allah)”, tutur beliau, bukan uang yang dicari beliau saat akan menulis novel AAC tersebut, semata-mata menyadari hidupnya yang sangat tipis dengan kematian, tak sedikitpun ia merasa telah memperjuangkan agama Allah ini, diakhir sisa-sisa hidupnya.


Wassalamu’alaikum. Cairo, 25 April 2008 ".

Antara karya besar Kang Abik:

Thursday, May 08, 2008

Kekagumanku Terhadap Orang Tabligh


Suatu petang dalam minggu ini saya singgah untuk solat 'asar di Masjid India, Kuala Lumpur kerana ingin berjamaah memandangkan di sana solat 'asar didirikan dalam jam 5:30pm mengikut Mazhab Hanafi.

Sewaktu saya memasuki perkarangan masjid, saya terlihat 2 orang ahli Tabligh, yang saya kenal melalui cara mereka berpakaian, sedang berbincang dengan sorang lagi yang saya rasa merupakan seorang peniaga minyak wangi jalanan.

Melihat saya melangkah masuk ke masjid salah seorang darinya memandang kepada saya dengan penuh keramahan sambil mengisyaratkan kepada sebotol minyak wangi yang ingin disapukan kepada saya.

Saya tanpa ragu menghulurkan tangan kanan untuk disapu sedikit minyak wangi haruman kasturi itu. Harumnya kekal hingga ke malam.

Perkara itu kecil. Apalah berat sangat untuk memberi orang lain sedikit minyak wangi. Tapi, mampukah kita berbuat demikian dalam keadaan orang yang nak kita berikan itu tidak kita kenali dan belum pasti samada dia mahu menerima atau pelbagai reaksi yang akan melemahkan semangat kita ?

Saya berfikir dan berasa kagum melihat semangat beragama orang-orang Tabligh. Mereka begitu bersungguh-sungguh menghayati ajaran yang diajar dalam gerakannya menurut sumber pengambilan dari Al Quran dan Sunnah.

Ya benar, jika dikatakan orang-orang tabligh dengan pakaian formalnya iaitu berkopiah atau serban dengan berbaju kurta labuh serta berseluar ala India-Pakistan-Bangladesh (IPB) yang kadangkala dilihat selekeh dan tidak mengikut suasana moden.

Ihsan dari www.fotowarung.com melalui carian Google

Saya akui saya tidak berasa boleh serasi untuk bersama dengan kumpulan ini kerana ketidakmampuan saya sendiri. Tetapi hal itu tidak menutup mata saya melihat kebenaran dan kebaikan yang ada pada mereka.

Ya benar, jika dikatakan bahawa orang-orang tabligh tidak lain hanya berdakwah dalam perkara-perkara yang dianggap remeh oleh sesetengah orang iaitu dengan tidak mencampuri persoalan semasa dalam ertikata tidak menyeluruh meliputi sistem politik, ekonomi dan sosial. Hanya membangkitkan persoalan ibadah khusus sahaja seperti mengajak orang berjemaah di surau masjid, keluar tiga hari atau empat bulan dan lain-lain yang menjadi rutin kumpulan ini.

Teringat di fikiran saya satu sabda Nabi s.a.w yang pernah saya pelajari di sekolah menengah dulu mengenai berbuat kebajikan dalam perkara-perkara kecil iaitu : " Janganlah kamu memandang kecil sesuatu perkara ma'ruf, walaupun sekadar berjumpa saudaramu dengan muka yang manis".

Semangat dan kesungguhan mereka dalam berdakwah tidak boleh dianggap kecil. Al Marhum Abul Hasan Al An Nadwy iaitu seorang ulama' yang dihormati di dunia Islam adalah antara orang yang banyak memuji kesungguhan kumpulan ini berdakwah di mana kumpulan ini boleh dijumpai hampir ke setiap pelusuk dunia. Hinggakan beliau menulis satu buku mengenai keperibadian Maulana Ilyas Rahmatullah alaihi, iaitu pendiri gerakan dakwah Tabligh dan beliau turut menulis kata-kata aluan dalam kitab yang menjadi rujukan kumpulan ini, kalau tak silap dalam kitab Muntakhabul Ahadith atau Fadhailul A'mal.

Sudah menjadi kebiasaan bagi ulama'-ulama' besar menulis kata-kata aluan dalam kitab-kitab yang walaupun dikarang oleh pengarang dari kumpulan Islam lain yang berbeza pendekatan fikrah dengan mereka. Contohnya jika kita membuka kitab Risalah Usrah karangan Abu 'Urwah, kita akan mendapati terdapat kata-kata aluan dari Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang.

Hal ini menunjukkan keterbukaan para ulama' dan penghormatan terhadap sesama kumpulan yang memperjuangkan Islam.
Kekhilafan dalam masalah pendekatan dakwah dan pergerakan bukanlah sesuatu yang besar atau mendasar, asal sahaja saling memahami dan hormat-menghormati satu sama lain.
Selain itu, al Marhum Syeikh Said Hawwa, ulama' Ikhwan Syria-Jordan turut mencadangkan ahli-ahli Ikhwan agar turut terlibat dengan gerakan ini yang disifatkannya sebagai sebuah kumpulan dakwah yang diberkati, asal sahaja memahami adab-adab serta peraturan sesuatu kumpulan itu. Hal ini beliau nyatakan di dalam kitab Jundullah Takhthithan (Perancangan Tentera Allah) sebagai hasil pemikiran dan pengamatan beliau dalam usaha untuk mengumpul seluruh kekuatan umat Islam dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai Hizbullah. Dalam kitab tersebut juga alMarhum turut memuji jamaah-jamaah selain Ikhwan serta mengiktiraf peranan tertentu yang dimainkan oleh jamaah-jamaah tersebut.
Sekadar coretan untuk hari ini, wassalam.

Monday, May 05, 2008

Seorang Guru & Muridnya

Seorang guru akan sentiasa menjadi seorang guru selama hidupnya.

Seorang guru cukup berasa bermakna apabila bertemu dengan bekas muridnya walau bagaimana keadaan muridnya tersebut. Apatah lagi, bilamana kesan-kesan didikannya mampu dilihat pada muridnya.

Pertemuan guru dan murid mampu mengurangkan seketika tekanan dan bebanan yang diharungi dalam perjuangan hidup.

Guru atau pendidik yang baik ialah yang berlemah-lembut dan penuh kesabaran dalam mendidik anak-anak muridnya.

Terima kasih kepada semua guru-guruku!


Coretan : Di Antara Pujian Dan Celaan

Manusia akan biasa memuji atau mencelamu. Jangan kerana pujian manusia kita jadi lalai menyatakan kebenaran terhadapnya. Dan jangan kerana celaan manusia usahamu tersekat dan perjuanganmu terhenti.
Barangkali inilah antara lain tafsiran bagi tanda ikhlas pertama seperti kata-kata ulama';
" Tiga perkara yang merupakan tanda-tanda ikhlas : Kesamaan antara pujian dan celaan orang ramai, kelupaan melihat amal dan beramal dan mengkehendaki pahala amal itu di akhirat". (Rujuk Mukaddimah al Azkar, Imam Nawawi rahmatuLlah alaih)

Wednesday, April 30, 2008

Kata-kata Hari Ini


Mencintai unsur kebenaran tanpa menyandarkan kepada individu melahirkan kasih sayang dan keadilan.

Sebaliknya mencintai individu tanpa unsur kebenaran yang mendokongnya melahirkan sifat pilih kasih, pentingkan diri sendiri (self-centered) dan kezaliman.

Menurut ulama' usuluddin, kebaikan dan keburukan adalah apa yang dinyatakan baik dan buruk oleh timbangan Syara' bukannya akal semata-mata.

Friday, April 25, 2008

Ayat-ayat Cinta Hari Ini

Firman Allah Ta'ala:
"Janganlah sesekali engkau mengarahkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di kalangan mereka ( yakni orang-orang kafir) dan janganlah engkau bersedih hati terhadap mereka dan rendahkankah dirimu terhadap orang-orang beriman".
(Terjemahan dari Surah al Hijr: Ayat 88)


Menurut al-Marhum Syeikh Muhammad Al-Ghazali, seorang ulama' Mesir di zaman ini di dalam bukunya Fiqh Sirah, ayat ini (dan beberapa ayat lain yang tidak disebutkan di sini) bahawa ulama' mufassirin (ulama' tafsir) menerangkan bahawa firman Allah tersebut ditujukan kepada umat Islam melalui peribadi Nabi Muhammad s.a.w. Ini sama halnya dengan perintah yang ditujukan kepada panglima perang, walhal setiap anggota pasukanlah yang melaksanakannya.
Menurut beliau lagi, dikatakan juga bahawa firman ini (dan beberapa firman yang tidak disebutkan di sini) ditujukan kepada Rasulullah s.a.w untuk mengugah perhatian dan membangkitkan tekad. Sama halnya dengan kalimat " jangan kecil hati" yang ditujukan kepada seseorang yang kuat tekad (dan azamnya), atau pun sama dengan kalimat " jangan lengah" (bahasa indonesia) yang ditujukan kepada seseorang yang berakal sihat dan berfikiran cerdas. Pada hakikatnya, kedua jenis orang itu tidak perlu dikhuatiri akan berkecil hati dan akan lengah.

Jadi perintah tersebut bersifat mendorong supaya berusaha lebih kuat berusaha, lebih cerdas berfikir dan (supaya) lebih berani. Orang seperti itu pasti akan bertambah berani mati jika dikatakan kepadanya: " Jangan jadi pengecut!...".

- abduhu, : 25hb April 2008 11:04 am, USJ -

Thursday, April 10, 2008

Isu Sufiah

Isu yang cukup berat untuk diperkatakan. Umat Islam di dunia khasnya menerima tamparan yang cukup hebat dengan isu ini.

Ia berkenaan isu sosial masyarakat Islam. Juga isu pertahanan aqidah dan jati diri umat Islam dalam menghadapi arus kemodenan. Tak ketinggalan juga isu mencari model sistem pendidikan serta berhubungkait dengan sistem kekeluargaan Islam.

Hakikatnya, yang 'menelanjangi' Sufiah selain pilihan beliau sendiri adalah faham sekularisme, liberalisme dan isme-isme lain yang seangkatan dengan.

Apakah ada justifikasi yang boleh diberikan bilamana perkataan "I have no regret" dituturkan oleh seorang Muslim atas perbuatan keji yang diharamkan oleh agama selain dari pengaruh fahaman tersebut?

Fahaman tersebutlah yang banyak membawa kerosakan kepada umat Islam. Dari masalah dalaman rumahtangga hingga ke luar rumah, faham tersebutlah menjadi penyumbang utamanya.

Fahaman tersebutlah yang merasuk umat Islam supaya menjadi tak tentu arah dan hilang pedoman.

Fahaman tersebut jugalah yang membuka ruang untuk umat Islam memilih cara hidup (baca : sistem) selain cara hidup Islam yang sempurna yang ditetapkan oleh Allah Ta'ala.

Fahaman tersebut masuk ke dalam polisi-polisi pentadbiran, pendidikan, ekonomi dan sebagainya di tanahair umat Islam.

Justeru, masanya telah tiba untuk memuhasabah ke dalam diri sejauh mana virus fahaman tersebut telah memakan sel-sel pertahan aqidah diri kita, keluarga dan masyarakat amnya.

Wassalam.

- abduhu, 10 April 2008, 6:36 pm, USJ -

Wednesday, April 09, 2008

Alhamdulillah, Syukur KepadaNya & Terima Kasih

Terima kasih kepada sahabatku Sdr. Haris http://sandakanorigin.blogspot.com/, peguam muda dari Perak yang mengingatkan saya supaya mengemaskini blog yang sudah lama tak tersentuh ini.

Selamat memulakan perjuangan (untuk sekian kalinya) melalui blog. Semoga istiqamah dalam perkara kebaikan walaupun sedikit.


p/s: Terima kasih juga kepada isteri dan sahabat-sahabat yang menyambut hari lahir ku baru-baru ini walau pun hanya dengan doa dan ucapan kata-kata yang baik. Semangat yang kalian berikan membuat hidup ini dipenuhi makna. Sesungguhnya segala pujian hanyalah bagi Allah semata-semata.

- abduhu, 09 April 2008, 12:04 pm, Subang Jaya.

Friday, January 11, 2008

Nota Kuliah : Islam Liberal

Berikut adalah nota berkenaan Islam Liberal yang disampaikan dalam salah satu program pengisian adik-adik kampus tahun lepas .

Sekadar perkongsian...

“ Dan bahawsanya inilah jalanku ( Islam) yang mustaqim (kurus), maka turutilah ia.Dan jangan kamu turuti jalan2 yang lain dari Islam kerana ia akan mencerai beraikan kamu dari jalan Allah . Demikianlah yang diperintahkan Allah kepada kamu supaya kamu bertaqwa.” -Surah Al An’am ayat 153-

Latarbelakang :


Kebelakangan ini heboh berkenaan siri - siri serangan terancang terhadap Islam di negara ini seperti penubuhan Inter Faith Commission (IFC), kes Lina Joy serta pandangan liberal yang tersebar di kalangan massa yang memerlukan umat Islam menyelami maksud dan hakikat sebenar di sebalik semua itu.

Ia sebenarnya adalah buah buah pemikiran Islam Liberal yang mula berani dizahirkan kepada masyarakat atau test case kepada sentimen umat Islam di negara kita.


Justeru pembentangan ini mencari jawapan terhadap persoalan berikut:


1. Apakah wujud agenda disebalik semua serangan tersebut?


2. Maksud pemikiran Islam Liberal?


3. Produk-produk Islam Liberal ?


4. Kepercayaan Islam Liberal ?


dan sebagainya yang akan dipaparkan secara umum dalam pembentangan di sini.

Apa itu pemikiran Islam Liberal (ISLIB)?


  • Pemikiran baru dalam umat Islam yang ingin mensesuaikan umat Islam dengan arus moden ala barat

  • Defenisi : Pemikiran yang membebaskan umat Islam dari Islam yang satu, yang disepakati & established (mapan)

  • Tidak diiktiraf sebagai dari mazhab Islam

  • Hakikatnya, ia pemikiran Liberal barat yang ditujukan kepada Islam

    Ciri-ciri, antara lain;
  • Beri tafsiran kepada Islam yang selari dengan pemikiran post modernisme barat.
  • Bersifat dekonstruktif iaitu merombak apa yang established dalam ajaran Islam spt, mushaf uthmani, hukum menutup aurat, idea negara Islam, kaedah tafsir Al Quran bahkan seluruh agama Islam ini ingin disamakan dengan agama lain dsb.
  • Sumber pengambilannya adalah dari kajian orientalis barat, metod-metod kajian agama lain, ajaran human right, falsafah secular dan pandangan-pandangan yang lemah atau kontoversi dari bahan turath Islam yang ditolak oleh majoriti ulama’ Islam.
  • Mensifatkan Islam itu banyak iaitu plural (Islams) ada Islam sufi, islam politik, islam liberal, islam tradisional, islam moden dsb.dan ada mana-mana golongan boleh mendakwa pendapatnya adalah lebih benar dan tepat menurut wahyu sebenar. Slogan mereka : "TRUTH IS SUBJECTIVE".

Faktor Berkembangbiak Pemikiran ISLIB:

  • Kejahilan masy Islam
  • Islam tidak memerintah dengan sempurna dalm sektor hidup
  • Ulama’ disekat menyampaikan kebenaran Ilmu islam dihakis
  • Corak masyarakat yang ingin bebas dari agama

Produk-produk ISLIB @ Pegangannya;

  • Menyokong dan mempromosi idea negara Sekular. Kerana atas alasan negara secular mampu menampung elemen kebaikan dan kemaksiatan sekaligus serta percata bhw masa depan Islam dan agama lain bergantung kepada sejauh mana ia mampu berinteraksi dengan dunia yang semakin secular.
  • Pluralisme agama . Tiada mana-mana agama yang boleh mendakwa ia agama paling benar bahkan akan dianggap agama jahat (the evil religion)
    Islam iktiraf kepelbagaian agama dalam masyarakat tetapi menolak penyamatarafan semua agama kerana muslim hanya percaya Islam adalah agama paling benar dan di terima Allah.

    ISLIB menganggap semua agama dalamnya (batinnya) sama iaitu menuju kepada tuhan yang satu tetapi hanya zahir atau luaran sahaja berbeza berslogankan "Satu Tuhan Banyak Jalan".

  • Al Quran versi Kritis dan tafsiran ala hermeneutik untuk memperbetulkan ayat-ayat dalam Bible dan mentafsirkan Bible ( diceduk dari kaedah Kristien yang tidak asli dari wahyu sebenar kerana bercampur-campur dengan pendapat pengarang Bible itu sendiri) untuk merombak kaedah tafsir menurut tradisi Islam atas alasan mencari nilai kebenaran dari wahyu Tuhan. Suatu usaha atau upaya merobak mushaf uthmani.

    Padahal Islam ajar seluruh Quran adalah kalam Allah yang tidak boleh dipersoalkan atau dipermasalahkan mana-mana ayatnya kerana itulah kebenarannya. Cuma tafsirannya sahaja yang berbeza menurut kaedah tafsir Islam yang ketat dan established.

  • Feminisme – bertujuan untuk persamaan gender.Anggap wanita dinegara islam mundur kerana hokum yang ada menindas wanita Islam. Dimana hokum syariah yang membeza hokum antara lelaki dan perempuan dalam Islam dianggap tidak adil pada mereka dan perlu dirombak., contohnya:
    1) Poligami tidak sah dan adil
    2) Perkahwinan muslimah dengan bukan Islam dianggap sah
    3) Iddah bukan sahaja untuk wanita tetapi juga lelaki.
    4) Isteri boleh jatuhkan talak
    5) Hak pewarisan lelaki dan wanita mesti disamakan.
    6 )Wanita boleh menjadi Imam.


    Gerakan Penghapusan Islam

  • IFC – Interfaith Commission sebarkan faham pluralisme agama. Juga disokong oleh kumpulan dan individu yang berwajah Islam tetapi tidak mempunyai hubungan aqidah dan batin dengan Islam.

  • Berselindung disebalik gerakan perjuangan hak asasi dan kebebasan
    Contohnya gerakan liberal menyokong semua perkara yang juga dituntut oleh parti2 pembangkang termasuk parti Islam tetapi dlm masa yang sama membawa faham liberal dalam masyarakat

    Politik Islam membolehkan kita bergabung dengan mana-mana kumpulan yang mempunyai tujuan yang sama iaitu setakat untuk menumbangkan kezaliman menegakkan keadilan tetapi menentang usaha2 merungkai ajaran Islam itu sendiri.

  • Berselindung disebalik gerakan sekularisasi dalam:
  • Sektor pendidikan, mengurangkan sukatan agama Islam dan membuang subjek berkenaan jihad kerana tekanan barat
  • Sektor politik – mempromosikan negara sekular atau islam liberal yang antara prinsipnya boleh bertoleransi dengan menggadaikan prinsip aqidah dengan ugama lain.
  • Sektor masyarakat dan kebudayaan- gerakan SIS, filem-filem yang menonjolkan masyarakat liberal yang kononnya tidak jumud seperti gubra sepet dll.

  • Melatih kader-kader Islam liberal melalui perkumpulan atas nama perbincangan intelektual dan kajian bahan-bahan turath Islam yang kontroversi.

  • Anjur forum-forum yang mempromosi gerakan ini.
  • Mendapat perlindungan dari tokoh-tokoh berpengaruh.

Cadangan:

  • Dakwah berterusan melalui siri-siri penerangan berkala kepada masy campus ttg bahaya Islam liberal
  • Berani menyuarakan pandangan Islam sebenar dalam forum-forum.
  • Membuat kajian dan bahan perbincangan usrah terhadap fahaman ini dan isu-isu semasa.

    - abduhu, dimasukkan semula pada 10 April 2008 6:11 pm, USJ -

Thursday, January 03, 2008

Dia Sahabatku

Dia sahabatku

Dia sahabatku

Sewaktu dahulu bersamaku

Melalui lorong-lorong pentarbiyahan diri ini

Di atas jejak tinggalan pewaris Para Nabi

Tiba-tiba dia telah dipaksa meninggalkanku

saat dirinya masih memerlukan perhatianku dan teman-teman,


Sunyi di perjalanan membawa diri,

Tanpa teman seperjuangan dan simpati,


Lalu dia sahabatku, yang masih mencari jatidiri itu

telah menjumpai sesuatu yang dikiranya gah pada akal fikirnya

Lantas mengkagumi dan menjiwainya


Dan malang baginya,

kerana apa yang dikagumi dan dijiwainya itu,

pada hakikatnya tidaklah seteguh seperti yang disangkakan


Malah lebih malang lagi kerana dia sekarang telah meninggalkan

buah-buah keimanan dan warisan tinggalan pewaris Para Nabi

Yang pernah dikutipnya dahulu bersamaku dan teman-teman

Lantas dengan itu juga,

bermulalah paluan gendang permusuhan antara aku dan dia

Atas nama aqidah perjuangan.


Aku memohon keampunan Ilahi

Jika ada dosaku yang pernah melalaikan hak persahabatan terhadapmu

Yang menyebabkan dirimu sekarang berada di lembah yang disitu

Bukan yang di lembah bersama denganku di sini.



Dari kejauhan ini,

ku doakanmu sahabatku

Kembali semula seperti dahulu

Kepada fikrah perjuangan yang satu

Atas nama dua kalimah penyaksian.




Abduhu,
-27 disember 2007, 2;07am, Bangi-